Nuclear magnetic
resonance (NMR) merupakan alat yang digunakan
pada penentuan struktur molekul organik. Spektroskopi 1H-NMR
memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen, jumlah atom
hidrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan dengan
setiap atom hidrogen (Creswell, Olaf and Malcon, 1982: 100).
Spektroskopi
1H-NMR didapatkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti
tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet
yang kuat (Ralph J.Fessenden, 1983 : 50). Inti yang digunakan akan mempunyai
gerakan yang sama seperti yang diberikan oleh pengaruh medan magnet yang
digunakan. Bila medan magnet diberikan, inti akan mulai presisi sekitar sumbu
putarnya sendiri dengan frekuensi angular (Hardjono, 1991:109).
Jika
bidang magnet luar yang kuat itu tidak ada spin inti dari inti magnetik
diarahkan secara random. Jika inti diletakan diantara ujung magnet yang kuat,
maka mereka mengadopsi orientasi spesifik. Perputaran inti proton 1H
dan 13C, dapat mengarah sehingga bidang magnet kecilnya sendiri
dapat paralel atau anti paralel terhadap medan magnet luar. Dua orientasi yang
mungkin ini tidak mempunyai energi yang
sama sehingga tidak berada dalam jumlah yang sama. Energi orientasi paralel
sedikit lebih rendah dan tingkat spin ini sedikit lebih disukai dibandingkan
spin anti paralel. Ketika inti yang terarah kemudian diradiasi dengan frekuensi
gelombang radio yang cocok dan akan terjadi absorbsi energi maka spin dengan
tingkat energi yang lebih rendah berputar membalik ketingkat energi yang lebih
tinggi. Jika spin yang berputar membalik ini terjadi, inti dikatakan mengalami
resonansi dengan radiasi yang digunakan, oleh karena itulah namanya menjadi Nuclear magnetic resonance (NMR).
Adapun
cara menentukan posisi absorbsi, grafik NMR dikalibrasi dan digunakan titik
referensi didalam praktik sejumlah kecil TMS ((CH3)4Si,
Tetrametilsilan) ditambahkan didalam sampel sehingga dihasilkan garis absorbsi
referensi standar internal ketika spektrum itu sedang berjalan, TMS digunakan
sebagai referensi baik untuk spektra 1H maupun untuk spektra 13C
karena pada umumnya untuk semua absorbsi normal senyawa organik menghasilkan
puncak tunggal di upfield. Tempat
yang pasti pada grafik dimana inti mengabsorbsi disebut pergeseran kimia (chemical shift), menurut konvensi
pergeseran kimia TMS dinyatakan sebagai titik nol dan semua absorbsi yang lain
normalnya terjadi kearah downfield. Jumlah sinyal dalam spektrum 1H-NMR
menerangkan berapa banyak proton ekuivalen yang terkandung dalam suatu molekul,
sedangkan kedudukan sinyal akan membantu menerangkan jenis-jenis proton dalam
suatu molekul, apakah aromatik, alifatik, primer, sekunder, tersier,
benzylvinil, asetilen, berdekatan dengan halogen/gugus lain.
Kelimpahan
13C di alam sangat kecil kira-kira 1,1%, dibandingkan dengan 1H(99,98%),
karena itu perkembangan 13C-NMR lebih lambat dibandingkan dengan 1H-NMR,
disamping itu magnetogryk proton (γH)
lebih besar dibandingkan dengan magnetogryk
karbon (γC),
kira-kira γ1H
= 4x γ13C.
Hal ini membuat 1H-NMR jauh lebih sensitif dibandingkan dengan 13C-NMR,
tetapi senyawa yang mengandung atom karbon dapat diukur oleh 13C-NMR,
dan data spektrumnya sangat membantu data 1H-NMR dalam menentukan
struktur senyawa kimia.
Pergeseran
kimia 13C-NMR rentangannya jauh lebih besar, dari 0-230 ppm,
dibandingkan dengan 1H-NMR yang rentangannya antara 0-10 ppm,
kadang-kadang sampai 13-14 ppm (bila ada ikatan hidrogen). Untuk gugus metil
(CH3-) bentuk splitting sesuai dengan rumus (2 n + 1) dan arena n
jumlahnya 3 (n = jumlah H yang mengikat C) maka dihasilkan kuartet, untuk
metilen (-CH2-) dihasilkan triplet (n= 2), metin (-CH-) bentuknya
doublet (n= 1), sedangkan kuartener (-C-) singlet (n= 0).
No comments:
Post a Comment